Bagi sebagian orang, hobi bisa menjadi sumber mata pencaharian yang menguntungkan. Ina Wiyandini adalah salah satunya. Berawal dari kegagalan saat menjajal bidang agrobisnis, ibu tiga anak ini memutuskan untuk menekuni hobinya sejak kecil: Memasak dan membuat kue. Hasilnya sungguh luar biasa. Saat ini, Ina menyandang predikat sebagai “Ratunya Kue Kering” melalui produknya, Ina Cookies.
Saat ini, pabriknya yang terletak di daerah Bojong Koneng memproduksi ribuan toples kue kering setiap harinya dan bisa mempekerjakan ratusan karyawan yang kebanyakan merupakan warga dari sekitar tempat usahanya. Dalam berusaha, Ina bersama suaminya Ir. Rakhmat Basuki memang mempunyai konsep ingin menyejahterakan orang banyak. Tidak hanya melalui bisnis Ina Cookies, melainkan juga melalui beberapa unit usaha lain yang dimilikinya yaitu Ran Toy’s, Inara Pastry serta De’ Tuik Resto & Café.
Kondisinya saat ini bertolak belakang dengan yang ia alami pada tahun 1992, ketika Ina baru merintis usaha yang membesarkan namanya ini. Saat itu, dalam kondisi hamil anak kedua, Ina mulai menjajakan produk kue kering buatan kakaknya ke ibu-ibu di sekitar komplek tempat tinggalnya. Dari yang awalnya hanya laku 1 sampai 2 toples per hari, lama-kelamaan kue kering yang terjual mulai bertambah serta banyak pula yang memesan. Akhirnya Ina memutuskan untuk membuat produknya sendiri, dan mengikuti kursus membuat kue kering. Dengan merekrut 5 orang karyawan serta bermodalkan pinjaman terigu dan mentega dari sang kakak, Ina pun memulai bisnis kue keringnya. Berkat kegigihan dan keuletannya dan disertai dukungan keluarga, brand Ina Cookies pun perlahan-lahan mulai berkembang hingga akhirnya menjadi sebesar sekarang. Bahkan hingga saat ini Ina tidak pernah bosan untuk mempromosikan usaha dan produk-produknya setiap kali bertemu dengan orang-orang baru.
Inovatif dan Kreatif
Salah satu kunci sukses Ina dalam mengembangkan bisnisnya adalah inovasi yang tiada henti. Ia selalu menciptakan dan mengembangkan resep kue kering yang baru. Lucunya, seringkali kue baru ini tercipta secara kebetulan karena kesalahan membuat kue atau mencampur bahan. Selain itu, Ina juga bereksperimen dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak lazim digunakan untuk membuat kue kering seperti tahu, tempe, teh, jamur, rosella dan lain-lain. Biasanya, dalam setauh Ina menciptakan lima jenis resep baru agar konsumen tidak merasa bosan dengan produknya.
Tak hanya bereksperimen dengan resep kue, Ina juga bereksperimen dengan kemasan. Jika produk kue kering pada umumnya hanya disimpan didalam stoples bulat dan bening, Ina menawarkan berbagai kemasan berbentuk menarik kepada konsumen. Dengan cara ini, konsumen bisa memilih kemasan pembungkus sesuai dengan keinginannya seperti bentuk mobil, gitar, piano, masjid, bedug, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat usahanya beberapa langkah lebih maju dibanding pengusaha kue kering lainnya. Apalagi, kemasan unik seperti ini ternyata menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan pembungkus parcel Lebaran atau Natal. Bahkan konsumen bisa membeli kemasannya saja secara terpisah.
Setiap industri, tentu tidak akan bisa lepas dari limbah. Pada kasus Ina Wiyandini, berbagai limbah seperti plastik bekas pembungkus bahan baku ternyata diolah kembali menjadi bermacam-macam benda yang bermanfaat. “Mau dibuang, merusak lingkungan. Karena itu saya kirim karyawan untuk ikut pelatihan. Hasilnya luar biasa. Limbah-limbah itu bisa diolah menjadi tas yang cantik,” ujarnya. Kreativitas dalam mengolah limbah ini telah dimulai sejak 2007, dan berhasil mengolah limbah tersebut menjadi berbagai peralatan seperti tas, tempat pensil, sajadah, celemek sampai sandal. Bahkan kulit nanas yang merupakan limbah hasil pengolahan selai pun bisa ia manfaatkan untuk dijadikan kompos. Kini, Ina pun aktif menyelenggarakan pelatihan daur ulang limbah.
Berkah Bagi Karyawan
Salah satu hal yang mungkin tidak mudah ditemui pada sosok pengusaha lain adalah bentuk perhatian Ina terhadap karyawannya. Pada seluruh karyawannya atau mitra, mengutip istilah yang digunakan Ina. Ina hanya menuntut dua hal yang paling utama, yaitu kejujuran dan kemauan untuk bekerja keras. Sebagai timbal baliknya, berbagai fasilitas pun tak segan-segan ia berikan kepada para karyawannya. Salah satunya adalah tempat tinggal.
“Setiap saya punya keutungan, selalu saya sisihkan. Saya sedang membuat perumahan Ina Cookies, yang nantinya akan ditempati oleh para karyawan. Padahal rumah saya sendiri belum lunas, sementara yang untuk karyawan justru sudah lunas,” selorohnya sambil tertawa.
Dalam pandangan Ina, hal terpenting dalam sebuah bisnis adalah keberkahan. Terbukti bahwa bisnisnya memang membawa berkah terhadap karyawannya yang berjumlah lebih dari 500 orang. Ia telah menyiapkan dana pensiun serta anggaran khusus bagi karyawan yang ingin sekolah atau kuliah lagi. Bahkan ia mengungkapkan bahwa selama menjalankan bisnis, ia sama sekali belum pernah memecat atau memberhentikan karyawan.
“Saya lebih memikirkan orang lain daripada diri saya sendiri. Maksud saya begini, selagi saya masih bisa untuk menyenangkan orang, apa salahnya? Makanya saya bilang ke karyawan saya ‘Kamu harus berusaha untuk menganggap bekerja itu sebagai ibadah.’ Kalau sudah bisa seperti itu, InsyaAllah kesananya enak, dalam bekerja pun tidak ada keterpaksaan,” ujarnya.
Langkah-langkah Ina dalam berbisnis yang tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi semata tentu patut untuk dijadikan teladan. Kegigihannya untuk bangkit dari setiap kegagalan, kreativitasnya yang tak pernah padam, keramahan yang menjadi ciri khasnya, hingga terobosan-terobosan bisnis yang dilakukannya telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ina pun tak pernah segan membagi ilmunya kepada orang lain dengan menjadi pembicara di berbagai seminar dan kegiatan. Dengan semua pencapaiannya saat ini, rasanya menyebut Ina Wiyandini sebagai “Ratu Kue Kering” memang tidak berlebihan..
Categories: Profil