“Siapapun, saat didiagnosa mengidap penyakit kanker, pasti down,” satu kalimat pengantar dari Yanti, founder Bandung Cancer Society (BCS).
Bandung cancer Society terbentuk dari sebuah janji saat Yanti menjalani kemoterapi. Bukan hanya kanker payudara, grup sosial ini merangkul semua survivor kanker dengan beragam jenis latar belakang kehidupannya. Bergerak dari rasa emosional sesama penderita yang mengalami perjuangan melawan kanker.
“Kami pernah menderita kanker, merasakan sendiri bagaimana sulitnya berjuang saat kemoterapi,” ucap Yanti.
Sebagai salah satu grup peduli kanker, BCS terus bergerak sebagai rumah bagi para penderita. BCS murni berkegiatan sosial, menjadi pusat untuk berkumpul, berbagi pengalaman dan informasi khususnya yang berkaitan dengan kanker. Sembilan tahun BCS berdiri, konsisten dengan misi-nya yaitu meningkatkan kepedulian terhadap penderita kanker khususnya di Bandung dan sekitarnya dengan cara memberi bantuan secara moril.
“Dukungan moril yang kami berikan, karena kami sadar betul uang saja tidak cukup untuk membuat seseorang bisa bangkit,” Yanti menegaskan.
Konsultasi secara emosi BCS lakukan dengan para penderita. Kegiatan yang dilakukan BCS yaitu mengunjungi penderita kanker yang sedang atau akan menjalani pengobatan di rumah sakit, mengadakan pertemuan rutin dua bulan sekali, mengadakan pertemuan untuk kelompok kanker tertentu, mengadakan ceramah dengan mengundang pembicara ahli, serta rekreasi dan olahraga bersama.
“Coba lihat, saat kami sedang mengadakan acara di BCS, tidak ada dari kami yang bersedih. Semua ceria, makan-makan, ditambah lagi foto selfie,” ujar Yanti sambil tersenyum.
Manusia punya sisi emosional, yang bisa luluh hanya karena sentuhan. Dekati para pasien dengan bercerita, memasuki kehidupannya dengan senyum yang tulus agar mereka tahu bahwa roda kehidupan masih berputar. “Move on and be a winner,” kalimat yang selalu BCS tularkan pada setiap penderita kanker yang mereka kunjungi.