Psikosomatik akibat virus corona mungkin saja terjadi pada beberapa orang di tengah pandemi global ini.
Kita tahu bahwa wabah pandemik Virus Covid-19 atau Corona menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan di dunia, termasuk Indonesia.
Banyak yang cemas dan khawatir akan terpapar hingga tak bisa berpikir jernih untuk mengambil tindakan apa yang harus dilakukan sebagai langkah pencegahan.
Mengetahui kabar terbaru atau perkembangan terkait wabah ini memang penting sebagai bentuk kewaspadaan. Namun jika kita terus-menerus terpapar informasi, baik yang terpercaya maupun tidak, juga dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah panik, cemas, dan stres.
Disadur dari laman sehatq.com, rasa khawatir atau cemas berlebihan akibat sering menerima informasi tersebut yang akhirnya menyebabkan tubuh menciptakan gejala mirip coronavirus. Akibatnya, Anda akan berpikir telah terinfeksi Virus Covid-19. Apa Anda juga sempat merasakannya?
Padahal, sesungguhnya gejala tersebut merupakan manifestasi dari rasa cemas berlebihan, bukan akibat terinfeksi virus. Kondisi ini dikenal dengan istilah psikosomatik akibat Virus Corona.
Mengenal gejala psikosomatik akibat virus corona
Psikosomatik sendiri berasal dari dua kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Pada umumnya, psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh hingga memicu munculnya keluhan fisik tanpa adanya penyakit.
Tiba-tiba merasakan sensasi sakit tenggorokan bisa jadi gejala psikosomatik.
Gejala psikosomatik dapat terjadi akibat ketidakstabilan sistem saraf otonom, di mana sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis menjadi tidak seimbang.
Hal tersebut biasanya disebabkan oleh faktor stres yang tidak mampu diadaptasi dengan baik. Kemudian, tubuh mengalami tekanan terus-menerus dan adrenalin akan mengalir ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan gejala psikosomatik.
Umumnya, gejala psikosomatik mirip dengan gangguan kecemasan, seperti nyeri dada, sesak napas, merasa tubuh terlalu panas atau demam. Akan tetapi, gejala psikosomatik yang muncul dapat dikaitkan dengan kondisi yang sedang terjadi.
Dalam sebuah penelitian yang berjudul Psychological Predictors of Anxiety in Response to the H1N1 (Swine Flu) Pandemic menyatakan hubungan antara suatu krisis kesehatan dengan psikosomatik.
Berdasarkan hasil studi tersebut, diungkapkan bahwa krisis kesehatan yang dipublikasikan secara luas dapat menyebabkan kondisi psikogenik massal. Jadi, sebenarnya sangat mungkin bagi banyak orang mengalami psikosomatik akibat Virus Corona yang disebabkan oleh kecemasan berlebihan.
Pada pandemi Virus Corona seperti ini, orang sehat bisa saja salah mengartikan sensasi tubuh yang tidak serius menjadi mirip dengan gejala Covid-19, seperti sakit tenggorokan, hidung berair, merasa tidak enak badan atau tubuh lemas, batuk kering, demam, dan sesak napas.
Namun, jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut setelah banyak menerima atau mengakses informasi Virus Corona, sebaiknya tetap pantau sesering mungkin. Misalnya, apabila sedang demam, perlu dipantau apakah demam tergolong tinggi atau sekadar ‘suam-suam kuku’.
Jika sedang batuk dan pilek, usahakan untuk istirahat dengan baik, makan makanan bergizi, dan perbanyak minum air putih. Kemudian, gejala lain yang perlu diamati adalah bila sampai mengalami sesak napas.
Sumber: sehatq.com/Annisa Amalia Ikhsania/Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Yusham
Categories: Health, Uncategorized