Apakah kamu salah seorang yang selalu memberi barang bermerek dengan menyicil? Atau yang kerap nongkrong di tempat kekinian demi feed Instagram? Ada kemungkinan kamu kamu tergolong seseorang yang hedonic treadmill.
Apa itu hedonic treadmill?
Hedonic treadmill adalah sebuah tendensi level emosi kebahagiaan seseorang yang cenderung kembali ke asal, tidak berubah, tetap atau berada di tempat meskipun mencapai kesuksesan. Istilah ini menggambarkan orang yang berlari dan mengejar sesuatu di tempat.
Istilah hedonic treadmill pertama kali dicetuskan oleh Brickman dan Campbell pada 1971.
Contohnya, seseorang dengan penghasilan rendah akan berusaha keras untuk mebelanjakan uangnya pada hal yang ia prioritaskan kepada realita kebutuhan. Namun, ketika di saat finansialnya meningkat, maka kecenderungan untuk membedakan antara keinginan dengan kebutuhan secara perlahan mulai menipis.
Lalu, seperti apa ciri-cirinya?
Memaksakan keinginan belaka
Seseorang akan memaksakan keinginan untuk membeli sesuatu. Ia akan mengorbankan kebutuhan prioritas utama dan mengutamakan kebahagiaan sesaat.
Tidak punya tujuan hidup dan tak punya investasi
Memiliki tujuan hidup hanya menjalani apa yang ada di depan mata. Urusan masa depan, biarlah mengalir dan mengikuti. Dan juga tak memiliki investasi, karena uangnya selalu habis dengan sifat konsumerisme.
Selalu ingin tampak berkelas dan sukses
Kita terkadang menilai seseorang anya melihat sekilas di permukaan saja. Penilai itu menyebutkan bahwa yang terlihat “berkelas” sering diasosiasikan dengan sukses. Padahal, itu adalah hal yang berbeda. Maka, jujurlah pada diri sendiri, lebih baik apa adanya saja.
Bagaimana cara keluar dari jeratan hedonic treadmill?
- Mengakui diri bahwa kamu terjebak
- Pikirkan dengan matang masa depan dan investasi
- Perencanaan keuangan
- Rutin cek saldo tabungan
- Buat rekening khusus dana darurat
- Jalani gaya hidup minimalis
- Jangan mudah tergoda pada diskon
Penulis : Yusham
Categories: Work