Kamu pasti sudah tak asing lagi mendengar istilah bucin atau alias budak cinta. Kita tahu bahwa istilah itu merujuk pada orang yang rela melakukan apa saja untuk pasangannya tanpa perasaan dan logika. Tindakan para bucin kerap tidak masuk akal karena ia mau melakukan apa pun demi orang yang dicintai, mulai dari mengorbankan harta hingga perasaan dirinya sendiri.
Sebuah penelitian mengungkap, seseorang kemungkinan besar menjadi budak cinta saat masa pacaran baru berjalan kurang dari tiga bulan. Namun, kamu juga bisa menjadi bucin ketika jatuh cinta pada seseorang, meski belum berstatus saling memiliki.
Pepatah yang mengatakan bahwa ‘cinta itu buta’ mungkin menjadi istilah yang paling mendekati bucin. Saat menjadi budak cinta, kamu tak lagi dapat melihat seseorang dari kacamata yang logis sehingga kamu menganggapnya sebagai orang yang sempurna dan berhak mendapatkan semua keinginannya.
Menurut teori psikologi Sigmund Freud, bucin artinya seseorang yang sedang mengidealisasi orang lain secara sadar maupun tidak. Idealisasi ditandai dengan seseorang yang mencintai orang lain dengan segenap jiwa dan raganya. Normalnya, pengorbanan ini dilakukan seseorang untuk menarik hati orang yang dicintainya untuk kemudian menjadikannya pacar atau pasangan hidup. Tetapi, bucin berarti tidak harus memiliki. Ia akan rela berkorban, sekalipun orang yang dicintainya memilih orang lain.
Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang ketika ia masih berada di fase awal jatuh cinta. Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, serta melihat kekurangannya sebagai hal yang lucu dan menggemaskan.
Di saat yang sama, seseorang yang sedang jatuh cinta juga merasa lebih jantan atau keibuan, lebih empatik, lebih baik, serta tidak takut melakukan banyak hal. Dalam fase ini, kamu justru akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang kamu cintai sekaligus takut kehilangan dirinya jika kamu tidak memenuhi permintaannya.
Dai kacamata sains, fenomena bucin sendiri bisa dijelaskan. Terdapat setidaknya dua faktor di dalam tubuh manusia yang bisa mengakibatkan seseorang menjadi bucin, yaitu: fakto kimia dan faktor psikologis.
Otak manusia memang diprogram untuk jatuh cinta. Ketika kamu jatuh cinta, hormon dopamin diproduksi secara masif di dalam otak sehingga cinta akan terasa candu seperti kokain. Tak heran ketika seseorang jatuh cinta hingga menjadi bucin, semua hal yang dilakukannya akan terasa menyenangkan dan menciptakan kepuasan tersendiri di dalam otak.
Sementara tingkat keparahan seseorang menjadi bucin ditentukan oleh kondisi psikologisnya. Semakin rendah harga diri, keadaan mental, serta emosionalnya, semakin besar kemungkinan orang tersebut menjadi bucin.
Tidak dapat ditampik bahwa bucin artinya kamu harus siap dengan konsekuensi negatif yang mungkin diterima ketika memenuhi permintaan seseorang tanpa logika.
Nah, di bawah ini ada beberapa efek negatif menjadi seorang bucin, seperti yang telah kami rangkum dari laman sehatq.com.
Mendapat kritik dari lingkungan
Orang lain dengan logika yang masih berjalan pasti melihat tindakan para bucin sebagai hal yang tidak masuk akal. Tak heran bila bucin sering dikritik, bahkan dirundung, karena tindakannya tersebut. Hanya saja, kritikan tersebut biasanya juga tidak didengar karena perasaan yang dirasakan bucin sangat kuat hingga menutup akal sehatnya.
Sulit mencapai tujuan
Target-target tertentu dalam hidup yang ingin kamu raih bisa terlupakan akibat kamu terlalu fokus kepada percintaan yang belum tentu menghasilkan sesuatu yang positif.
Melukai psikologis
Bucin selalu bisa mencari alasan pembenaran atas keinginan yang diminta oleh orang yang dicintainya. Ia tidak sadar bahwa hal itu lama-kelamaan akan membuat perasaannya terluka dan memperparah kondisi psikologisnya di kemudian hari.
Untuk mengakhiri predikat bucin artinya kamu mesti meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri dan kenali orang yang kamu cintai dengan lebih seksama. Bila perlu, ungkapkan perasaan kamu pada dirinya sehingga kamu memiliki ekspektasi yang nyata tentang hubungan kamu dengannya.
Sumber: Sehatq.com
Editor: Yusham
Categories: Sex & Relationship