Paddle Puss, Merepresentasikan Quarter-Life Crisis Lewat “Trippin Alone”

Dok. Paddle Puss

Hadir pertama kalinya di belantika musik Indonesia, band asal Jakarta, Paddle Puss, membawa materi baru untuk jagat musik nusantara. Meski terjegal oleh pandemi COVID-19, justru Paddle Puss lahir untuk produktif berkarya. Lagu “Trippin Alone” menjadi bukti bahan bakar pertama Paddle Puss yang hendak menghadirkan suasana baru dan memperkaya ragam musik anak negeri.

Band yang digawangi oleh Izhar Rasyid (Vokal), M. Sabilurrosyad (drummer), Bariqi Ramadhan (lead gitar), Fachri Wahyudi (rhythm gitar), Rivo Alif (keyboardis) dan Asta Punta (bassis) sebelumnya merupakan personil dari grup band yang berbeda. Namun, kemudian Paddle Puss lahir ketika keenam dari mereka memutuskan untuk melebur di bawah satu entitas.

Asta sebagai bassis sekaligus frontman Paddle Puss mencoba merepresentasikan keresahan di usia dewasa muda jelang quarter-life crisis.

Dok. Paddle Puss

“Ini Paddle Puss coba mewakili keresahan dewasa muda aja, yang mulai galau sama hidupnya ketika udah lulus sekolah, cari kerja susah, dituntut ekspektasi sana-sini, sedangkan kawan yang dulu main bareng dan selalu ada, sekarang rasanya hidup dia udah jauh di depan. Sedangkan, kita rasanya masih gini-gini aja,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima starglammagz.com.

Lagu “Trippin Alone” lahir dari rutinitas Paddle Puss sendiri di mana kebanyakan dari personilnya sedang dilanda keresahan yang sama hingga mereka tuangkan menjadi karya. Pasalnya, “Trippin Alone” pun merupakan trek pembuka dari materi EP bertajuk Wendy. Sebuah mini album tentang penolakan atas kedewasaan yang akan segera rilis di tahun 2021 mendatang.

Lagu tersebut bercerita mengenai kemelut seorang lepas remaja yang mulai memasuki usia dewasa muda. Inilah usia ketika cita-cita terbentur dengan realita. Ketika manusia diharapkan mampu melihat kehidupan secara lebih realistis, muncul tekanan dari orang tua, mengalami kegagalan dalam usahanya, sedangkan kawan yang sebelumnya selalu ada untuk bersandar dan berkeluh kesah kini sudah di tingkat kehidupan yang berbeda. Rasanya, kehidupan di usia dewasa dengan realita dan tuntutannyaadalah hal besar yang menjemukan.

“Yaudah, cuma bisa stay with no reason kan?” Ujar Asta mengutip bait lirik lagu “Trippin Alone” sembari menyiratkan pesan pada akhirnya tidak ada pilihan selain teguh dan menghadapinya.


Editor: Yusham

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Google photo

You are commenting using your Google account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.