Setiap orang pasti memiliki masa lalu. Bahkan tak jarang, masa lalu itu masih memengaruhi dan melekat pada diri kita hingga hari ini, baik itu masa lalu yang meninggalkan bekas bahagia atau luka.
Misalnya, seorang anak perempuan sejak kecil sangat dekat dan sayang kepada sang ayah. Ketika ia beranjak dewasa, ia pun akan akan mencari pasangan hidup yang memiliki kepribadian layaknya sang ayah. Atau, seorang anak laki-laki dididik dengan pola asuh yang keras, disiplin dan mendapat hukuman jika melakukan sedikit kesalahan. Kelak, ketika ia beranjak dewasa menjadi orang tua – tanpa disadari – ia akan menerapkan pola asuh yang sama kepada sang anak.
Ketahuilah bahwa hal tersebut bisa saja terjadi karena inner child yang melingkupi pada diri seseorang.
Apa itu inner child?
Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Bisa juga diartikan sebagai sosok anak kecil yang masih melekat dalam diri seseorang.
Anak kecil dalam diri Anda tidak pernah pergi dan menetap di alam bawah sadar. Mereka memengaruhi bagaimana Anda membuat keputusan, merespon masalah, dan menjalani kehidupan.
Jika seseorang banyak mengalami peristiwa yang menyenangkan dalam hidupnya, maka inner child-nya akan berkembang dengan baik dan memberi energi positif bagi jiwa dan perilakunya. Sebaliknya, jika seseorang pernah atau sering mengalami peristiwa yang menyakitkan, maka inner child-nya akan stuck di usia saat ia mengalami peristiwa yang menimbulkan luka pada jiwanya.
Seperti yang dilansir dari Psychology Today, inner child adalah akumulasi peristiwa-peristiwa baik maupun buruk yang dialami anak dan membentuk pribadi mereka hingga dewasa.
Hal yang memengaruhi kondisi batin anak
Ketika anak kecil mengalami trauma, luka yang timbuk seharusnya dapat disembukan. Pasalnya, jika pengalaman menyedihkan yang ia alami si anak tidak diatasi dengan baik, hal ini bisa menumbuhkan rasa trauma dan menjadi masalah kelak saat ia dewasa.
Seperti yang dilansir dari Better Help, berikut hal yang memengaruhi kondisi batin anak:
- Perceraian orang tua
- Kehilangan orang tua
- Kekeras fisik
- Pelecehan seksual
- Menjadi korban kekerasan
- Penyakit mental anggota keluarga
- Merasa terisoalsi dari keluarga
- Intimidasi yang parah
Cara mengatasi inner child
Setiap orang memiliki inner child-nya masing-masing dengan kondisi yang berbeda-beda, hal pertama yang perlu kita sadari adalah bagaimana hubungan kita dengan “anak kecil” dalam diri kita ini. Apakah kita sering menyapanya? Apakah kita sudah menerimanya sepenuhnya? Memang tak mudah untuk mengatasi hal tersebut.
Namun cobalah untuk menyadari bahwa diri ini punya inner child yang butuh untuk diterima, dirangkul, diperhatikan, dan dicintai. Kita perlu menyisihkan waktu untuk berdialog dengan diri kita “versi kanak-kanak” bahwa kita telah dewasa dan hidup di masa kini. Yakinkan padanya bahwa kita aman, kita baik-baik saja, dan kita diterima serta dicintai.
Dengan mengabaikan hubungan diri dengan inner child kita justru akan menjadi rantai derita yang tidak berujung hingga lahir generasi berikutnya. Cukupkan rantai derita ini pada diri kita. Putuslah rasa sakit yang turun-temurun ini hanya pada diri kita dan tidak meneruskannya ke generasi selanjutnya. Bagaimana caranya? Sadari, akui, terima, dan cintailah inner child dalam diri kita bagaimanapun keadaannya.
Memang tak ada orang yang dapat mengubah masa lalu. Namun, masa lalu tak harus mendikte kehidupan Anda di masa kini. Karena Anda tetap bisa bertumbuh, mengembangkan diri, dan menjalankan hidup dengan bahagia.
Sumber: pijarpsikolog
Yusham
Categories: Health