*Kami sekadar memuat tulisan penting dan menarik yang bersumber dari majalah lama yang sempat hidup di Bandung. Semoga memberikan informasi lebih dan bermanfaat.
========
sedikit tentang GURUH GIPSY
Oleh Bens Leo
(dimuat dari majalah Aktuil, nomor. 218, 4 April 1977, halaman 52-53)
Ada alasan, kenapa Guruh memiliki anak Gipsy untuk bekerja sama menunjang musik eksperimennya. Gipsy menurut pengalaman Aktuil adalah kelompok musik non profesional, yang didukung oleh biang-biang musikus muda. Abadi Soesman pernah berkata pada majalah ini, bahwa bagi anak Gipsy asal diberi kerja menggitar, menabuh drums, gamelan, piano dst saja sudah cukup tanpa bayaran sepeserpun juga. Bagi Gipsy agaknya idealisme untuk menancapkan musik eksperimen ini sebagai kepentingan Nasional yang harus didahulukan, mengalahkan kehendak komersiil dari pribadi anggotanya. Namun sampai hari ini, saya sendiri belum tahu pas dari mana gerangan sumber keuangan Nasution Bersaudara, tokoh-tokoh utama Gipsy, hingga seolah-olah mereka mampu bermain musik secara baik tanpa bayaran sekalipun!. Dari persewaan alatkah? Terlalu sedikit!
RIWAYAT SINGKAT
TAHUN 66 tujuh anak muda mendirikan group Sabda Nada, mereka yalah Ponco, Joe Am, Gaury, Eddy, Edit, Ronald dan Kinan. Sabda Nada kabarnya pernah bermain di Bank Indonesia jalan Thamrin Jakarta, dan mencoba menggabung gamelan Bali dengan musik Barat. Waktu itu penabuh gamelan Balinya para wanita yang dipimpin oleh Wayan Suparta Wijaya. Dengan dilatar belakangi ini pula, maka kemudian Guruh memilih bekas Sabda Nada ini untuk musik eksperimennya kemudian.
1969 – berlaku pergeseran formasi dalam Sabda Nada yang lantas merombak nama menjadi Gipsy. Pada tahun ini Gipsy didukung oleh Kinan, Chris, Onan, Gaury danTammy. Kelompok ini pernah tampil di TIM, waktu pusat kesenian itu dibuka, dimana Mus Mualim ikut bergabung ke dalamnya, sehingga pagelaran itu sendiri menghasilkan kesan grup Gipsy bukanlah macan grup yang tersebar secara memasar saat itu.
1970. Tahun 70 ini formasi bertambah dengan hadirnya musikus muda Atut Harahap (alm), yang kemudian mendorong Gipsy menambah nama menjadi Gipsy Club.
1971. Gipsy Club bertolak ke New York mengisi Ramayan Restaurant, pada saat itu mereka didukung oleh formasi baru: Kinan, Chris, Gaury, Rully Djohan, Adjie Bandydan Lulu Soemaryo. Rampung dari sana, kayaknya Gipsy Club lantas tak pernah nongol lagi ke panggung kecuali session kecil Kinan – Oding – Debby dengan dibantuAbadi Soesman dan Roni membentuk Gipsy lagi dan bermain di TIM dengan dukungan Syaukat Suryabratadkk yang menabuh gender Bali. Dus terjadi lagi pengkombinasian gamelan Bali dan musik listrik di Jakarta oleh pendukung-pendukung Gipsy.
GURUH Soekarno Putra lahir di Jakarta 13 Januari 53. Menguasai piano, tarian-tarian Bali dari yang klasik sampai yang modern. Guru tarinya yalah Wayan Rindi, I Nyoman Kakul, Wayan Diye, Ni Ketut Reneng, Anak Agung Oke dll. Ia mengaku menguasai tari/gamelanpelegongan serta teorinya yang dibaca dari buku yang semua ini banyak ditunjukan oleh guru-gurunya: I Made Grindem, Wayan Diye, (lagu-lagu gong gede), I Gusti Kompiang Rake, (gending kebyar/modern).
Rada Krisnan Nasution (Kinan) lahir: Jakarta 5 Juni 52. Menguasai piano, gitar, drums (paling yahud di drums). Kinan merupakan otak Gipsy, banyak ide yang keluar darinya walau sehari-hari kang haji ini pendiam. Ia pernah mendukung God Bless sebentar sebagai drummer sebelum Yik cs menemukan Teddy Sujaya.
Zahrun Hafni Harahap (Roni) lahir: Jakarta 6 Juli 55. Menguasai alat-alat keyboard, terutama piano. Mendukung Gipsy ke Amerika.
Abadi Soesman. Lahir di Solo 3 Januari 49. Pemain keyboard tangguh dari Pro’s, jarang bicara tapi banyak bekerja. Terakhir ia membentuk The Sky Sounders dengan maksud utama membantu prestasi main adik-adik di bawahnya. Abadi duakali ke Amerika mendukung Pro’s untuk Ramayana Restaurant. Orang ini asal pulang dari Amerika tak pernah bawa oleh-oleh barang berharga lain kecuali alat musik dan sekoper gede penuh ….. plaat-plaat aneh, utama juga musik eksperimen yang dilakukan orang bule macam Ray Manzarek dll.
Christian Rahadi. (Chrisye). Jakarta 16 Sept. 1949. Memainkan bass secara cantik, suaranya “wah”. Ia banyak menyanyi untuk musik eksperimen ini disamping Kinan. Juga pernah ke Amerika, kabarnya ia punya ulah aneh di States sana dengan caranya selalu pengin nylonong sendiri nonton live show grup Barat di hall-hall megah Amerika.
Aumar Naudin Nasution. (Odink). Jakarta 8 Des 54. Kemari ini ia naik haji, kepalanya dibotakin tapi nampak jauh lebih muda. Gitarannya cakep sekali, tapi orang jarang mengenalnya karena Odink jarang dipublisir media massa. Pernah mendukung GB, sebelum Yik cs menemukan Yan Antono. Anda dijamin akan terkejut mendengar kemampuan Odink menggitar terutama untuk lagu Indonesia Maharddhika yang bisa ditemui dalam musik ekaperimen ini. Albert Warnerin, Benny Soebardja dan Yan serta Yopi Item saya pikir lebih tau, siapa sebenarnya Odink sebagai gitaris. Hara diketahui pula bahwa, anak-anak Gipsy yang Nasution bersaudara lah yang turut membantu sukses rekaman dan live show Barongs Band dalam promosi kaset perdananya di TIM!
KECUALI didukung oleh enam musikus di atas, maka musik eksperimen ini juga bisa jadi karena dibantu oleh puluhan musikus Bali dan partisipasi dari rombongan orkestra simfoni Jakarta. Total jenderal, mungkin akan lebih dari tiga puluh orang yang mendukung musik eksperimennya itu. Proyek ini sendiri kata Guruh bukan mengikuti pola hidup sederhana lagi dengan pembiayaan yang menyita tiga belas juta perak.
Mereka yang ikut mendukung antara lain bernama Gusti Kompian Raka, Wayan Roda, Ida Bagus Putu Oka, Rugun, Bornok, Dameria, Hutauruk, Syaukat, Setu July, Sulendra, Suryati Supilin, Suseno, Suparno, Yudianto dan banyak lagi, terdiri dari bermacam suku bangsa: Batak, Jawa, Sunda, Bali dan mungkin ada yang lagi-lagi. Mereka yang Batak itu ternyata mau untuk menjadikan dirinya sebagai backing koor dalam lagu-lagu Bali dengan mengambil cengkok nyanyi Sinden Bali, macam yang dilakukan oleh Rugun dan Bornok Hutauruk. Banyak dermawan yang ikut andil buat sukses rekaman ini utama dalam segi finansiil. Mereka meliputi jutawan: Hasyim Ning, Ponco Sutowo, Datuk Hasanudin, Tong Joe, Taufik Ki Mas dll.
Instrumen yang turut mendukung musik eksperimen ini meliputi alat musik listrik: gitar, drum, (alat perkusi), alat keyboard, juga instrumen lain macam gitar bolong, biola, kontra bass, cello, serta alat-alat gamelan Bali ceng-ceng, kenong, kempur, gender Jawa, gong, jublag, gendang, gender rambat, gentarok dll.
Dalam buku pemandunya yang tersedia (dibeli sekaligus dengan kasetnya), anda akan tahu lebih banyak prihal musik eksperimen Guruh Gipsy ini. Bahwasannya ia terlalu banyak dipengaruhi oleh musik Bali itu memang baru awal percobaanya: “Sebab saya juga ingin mencoba mengangkat lagi seluruh kesenian tradisionil Indonesia dalam musik eksperimen saya yang berikut nanti!” – katanya di Jl. Sriwijaya Raya. Pada Aktuil Guruh berpesan untuk fansnya: “Kalau mau ngedengerin kaset perdana ini, tolong deh pakai aturan pakainya dulu. Untuk mencegah kebosanan, sebaiknya kamu ngedengerin satu-satu lagu, sebab kalau seluruhnya sekaligus tak terlalu meresap. Dan bahkan jadi bosan!” Aktuil sendiri sengaja belum membuat resensi kaset, sebab andalah yang lebih tahu apakah lagu Indonesia Maharddhika
Banyak dipengaruhi Ekseption, Emerson, Genesis, atauChopin Larung dipengaruhi gamelan Semara Pegulinganatau pelegongan Bali sementara dilain kejap Guruh Gipsy juga sedikit dipengaruhi musik-musik gaya Cina dsb. Bagi saya sendiri, musik eksperimen ini amat menawan hati, utama untuk kehebatan aransemen yang diciptakan Guruh Gipsy pada lagu yang kena westernisasi macamIndonesia Maharddhika. Dia bukan sembarang lagu bung, terutama dengan cara Roni, Guruh dan Abadi memainkan alat keyboard-nya dengan menyapu laras diatonik danpentatonik. Sungguh nyaman sekali! (BENS LEO)
PERHATIKAN baik-baik syair lagu Chopin Larung ini yang konon diciptakan atas ilham yang mendadak lahir tatkala Roni sering memainkan lagu Fantaisie Impromptue karya Fryderyk Franciszek Chopin di muka Guruh sewaktu mereka baru kelar mendengarkan rekaman gamelan. Dengan sepenuh hati, Guruh berusaha memainkan lagu Chopin tadi dengan nada-nada gamelan Bali. Dari lagu ini yang menarik adalah liriknya yang diciptakan Guruh Soekarno pada tahun 75. Bunyinya begini:
CHOPIN LARUNG
1). Yen Chopin padem ring Bali
[Andai Chopin mati di Bali]
Kerarung saking Daksina
[Dilarung dari selatan]
titiang mangenang Bali
[saya memikirkan Bali]
sunantara wong ngarukasik negara
[orang asing ngutik-ngutik negara]
2). Sang jukung kelapu-lapu
[perahu terombang ambing]
satukan Baruna kroda
[karena dewa laut marah]
nanging Chopin nenten ngugu
[tapi Chopin nggak ngerti itu]
kadangipun ngarusak seni budaya
[golongannya ngerusak seni budaya]
3). Risedeg sang jukung kampih
[tatkala perahunya terdampar]
ring Legian Kayuaya
[di Legian Kayuaya]
‘te lonte ring sisin pasih
[celingak celinguk di pinggir pantai]
anak lacur melalung ngadolin ganja
[orang malang telanjang melego ganja]
4). Chopin ten uning ring Bali
[Chopin tak pernah ke Bali]
wong putih mondok ring Kuta
[orang putih tinggal di Kuta]
asing lenga lali ring Widi
[yang alpa pada hal-hal Ketuhanan]
tan urungan jadi manemu sengkala
[pastilah akan menemui malapetaka]
5). Gending Chopin maring ati
[gending Chopin di dalam hati]
nabuhang wirama duka
[menabuh irama duka]
duh nyama braya ring Bali
[oh sahabatku di Bali]
dong sampunang banget nunaning prayatna
[jangan sampai tidak waspada]
JANGER 1897 CAKA
“SAYA agak kurang enak untuk melempar lirik ini ke Bali, jangan-jangan orang yang tak suka pada saya akan menyetop peredaran kaset rekaman ini!” – begitu kata Guruh suatu siang. Lirik lagu Janger 1897 Caka kembali menyindir tentang tentang alam dan insan Bali yang mulai komersiil sekarang ini. Pendapat Guruh pada syair lagu di bawah ini, sebenarnya sama pas dengan pendapat Antonio Maria Blanco tatkala Aktuil mewawancarainya tentang mutu barang seni Bali di Art shops yang mulai membanyak jumlahnya! Waktu itu Blanco bilang, mungkin dari sekian ratus karya seni, sekarang ini hanya ditemui satu saja yang benar bermutu. Yang lain mungkin diciptakan atas dasar selera turis!.
Perhatikan baik-baik syair lagu Guruh pada koplet ketiga dst.
Dulu memahat buat menghias pura
dulu menari dengan sepenuh hati
sekarang memahat untuk pelancong mancanagari
sekarang menari tarut cita turis luar negeri
tari legong jaman mashurnya di Saba
dipersingkat demi selera penonton
wingit barong dan dan tari keris sering sekedar tontonan turis
kekhusukan upacara melis sering terganggu jepret lampu blitz
art shop megah berleret memagar sawah
cottage mewah berjajar di pantai indah
karya cipta nan elok indah ditantang alam modernisasi
Permai alam mulai punah karena gersang rasa mandiri
boleh saja bersikap selalu ramah
bukanlah berarti bangsa kita murah
kalau kawan tak hati-hati bisa punah budaya asli
kalau punah budaya asli harga diri tak ada lagi
(Harga diri tak ada lagi maka tak dapat berbangga hati) –(Disalin Bens)