Sabtu pagi. Pukul 09.10, belasan pemuda tengah berkumpul di Masjid Jami Adz Dzikro, Jalan Cibarengkok, Bandung. Tak lama berselang, empat pemuda dengan dua sepeda motor tiba di luar masjid. Mereka tampak bersusah payah menerobos sempitnya gang menuju lokasi. Pasalnya, mereka membawa sejumlah alat kebersihan; sapu, tongkat pel, mesin poles lantai, penyedot debu, penyemprot air dan alat lainnya.
Di dalam masjid mereka berkumpul secara melingkar. Seseorang nyeletuk sambil bercanda, menunjuk teman disampingnya untuk mengoordinasikan kegiatan. “Mangga (silahkan) untuk pembagian tugasnya, kapten.” Ujarnya kepada seorang pria yang mengenakan rompi hitam oranye bertuliskan: Relawan Beberes Masjid.
Mereka adalah sekelompok pemuda yang menamakan dirinya sebagai komunitas Relawan Beberes Masjid (RBM). Hari itu, 13 April 2019 lalu, mereka tengah melangsungkan kegiatan berbenah masjid yang ke-101. Komunitas yang berdiri pada medio April 2017 ini rutin berkeliling untuk membersihkan masjid di Kota Bandung dan sekitarnya.
Lazimnya marbut maupun takmir masjid, mereka bertekad mewujudkan masjid yang bersih, wangi dan nyaman demi menambah kekhusyukan beribadah dan mendorong pemanfaatan masjid sebagai pusat kehidupan bermasyarakat. Sebagai tempat ibadah, sudah selayaknya jika masjid mempunyai tingkat kebersihan dan kenyamanan yang sempurna.
Disela-sela kegiatan, saya berbincang bersama Fahmi Fathurakhman selaku wakil ketua komunitas RBM. Ia menuturkan, keberadaan RBM disatukan atas kesadaran visi dalam memanfaatkan waktu di tengah-tengah kesibukan dalam aktifitas bekerja.
“Lewat kegiatan ini kami bertekad menjadi insan istikamah untuk mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan bermanfaat,” ujarnya.
Sejauh ini, kegiatan berbenah dilaksakan saban Sabtu dan Minggu tiap pekannya di masjid yang telah disurvei dan dikoordinasikan. Kegiatan dimulai pukul 08.00 hingga 11.00 atau menjelang salat Zuhur.
RBM bekerja dengan sukarela tanpa dibayar sepeserpun. Namun mereka tetap menunjukkan kesigapan dan kecepatan bekerja. Seluruh karpet dan lantai dibersihkan. Kaca jendela, lampu dan kipas dilap agar kembali kinclong. Toilet dan tempat wudu disemprot dan disikat mengkilap, dinding dan properti lain juga tak luput dari aksi relawan ini.
Lalu dari mana sumber pembiayaan alat kebersihan? Ternyata ada beberapa donatur yang membiayai. Fahmi menambahkan, sebagian ada dari anggota RBM, yayasan dan masyarakat umum. “Seluruh donasi digunakan untuk biaya operasional bersih-bersih,” terangnya.
Meski usianya tergolong masih seumur jagung, anggota RBM sudah mencapai 200 orang. “Tapi mengingat aktifitas dan kesibukan dari masing-masing anggota, kami tak memaksa setiap anggota untuk tetap ikut berkegiatan. Tapi jika niat sudah bulat, insyaallah selalu ada jalan,” tambah Fahmi.
Relawan tak hanya diisi oleh kaum ikhwan saja, kaum akhwat pun turut bergabung di komunitas ini, salah satunya Intan Cahaya Timur. Ia sudah enam bulan ikut dalam kegiatan bersama RBM.
“Awalnya diajak sama temen kampus yang kebetulan gabung di komunitas ini. Kenapa saya tertarik, alasannya karena saya suka berorganisasi, kegiatan bermanfaat ini bisa ngisi waktu luang. Harapannya, lewat kegiatan ini kawan-kawan RBM bisa tetap istikamah,” ungkapnya.
Lain lagi dengan Didin Jaenudin. Meski baru empat bulan ikut kegiatan bersih-bersih masjid, ia juga memboyong anak dan istri. Baginya, hal tersebut merupakan momen untuk mengahbiskan waktu luangnya bersama keluarga.
“Alhamdulillah kami nyaman, malah ketagihan terus,” katanya tersenyum, “setidaknya lewat kegiatan ini kawan-kawan relawan bisa, istilahnya, fastabiqul khairat berlomba melakukan kebaikan. Mungkin sedekah bentuk harta belum bisa besar, tapi lewat bentuk tenaga, kenapa enggak? Insyaallah hal tersebut sama sebagai bentuk sedekah,” pungkasnya.
Categories: Community