Kabar duka kembali menyelimuti dunia hiburan, khususnya industri musik rock dunia. Gitaris legenda musik rock keturunan Rangkasbitung, Lebak, Banten, Eddie Van Halen dikabarkan meninggal dunia di usia 65 tahun di Santa Monica, California, Amerika Serikat, Selasa 6 Oktober 2020 waktu setempat.
Eddie diketahui meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya selama bertahun-tahun.
“Saya tidak percaya saya harus menulis ini, tetapi ayah saya, Edward Lodewijk Van Halen, telah melepas perjuangannya yang panjang dan sulit melawan kanker pagi ini,” tulis putra Eddie, Wolf Van Halen dalam pesan di Twitter disertai foto ayahnya, seperti dikutip AFP.
“Dia adalah ayah terbaik yang pernah saya punya,” tambahnya.
Setiap momen Eddie Van Halen baik di atas panggung maupun di luar panggung, menurutnya, adalah sebuah hadiah yang istimewa.
“Hatiku hancur dan kurasa aku tidak akan pernah pulih sepenuhnya dari kehilangan ini. Aku sangat mencintaimu, Pop,” ujarnya.
Punya keterikatan dengan Indonesia?
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, hubungan Eddie Van Halen dengan Indonesia bahkan diabadikan dalam Museum Multatuli di Rangkasbitung, Banten. Dalam museum ini terdapat beberapa ruangan, salah satunya adalah ruangan Rangkasbitung. Jika kita memasuki ruang Rangkasbitung, ada nama Eugenia Van Beers yang diabadikan di sana, yang merupakan ibu dari Eddie Van Halen
Mendiang memiliki darah berkat ayahnya, Jan Van Halen, yang merupakan seorang musisi profesional dari Amsterdam yang memainkan saksofon dan klarinet. Setelah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya, Jan akhirnya bertemu dengan Eugenia van Beers di Indonesia.
Eugenia van Beers adalah seorang perempuan blasteran Indonesia-Belanda yang lahir pada 21 September 1914 di Rangkasbitung. Eddie Van Halen lahir di Amsterdam pada 26 Januari 1955 setelah keluarganya berpindah dari Jakarta di tahun 1953.
Jan dan Eugenia akhirnya memutuskan untuk mencoba peruntungan hidup baru di Amerika Serikat. Dengan hanya bermodal 75 guilders, mata uang Belanda saat itu, Jan dan Eugenia memboyong keluarganya ke Pantai Barat AS, tepatnya di Pasadena, California.
Eddie van Halen dan kakaknya, Alex, sudah mendapat pelajaran piano klasik saat duduk di bangku SMA. Pada akhir era 60-an dan awal 70-an, Eddie dan Alex mulai mengenal musik pop dan rock. The Beatles dan The Rolling Stones merupakan dua nama paling terkenal pada masa tersebut.
Pada 1974, Eddie Van Halen akhirnya membentuk band Van Halen. Pada akhir era 70-an, nama Van Halen mulai dikenal luas karena permainan gitar dari Eddie. Seperti diketahui, Eddie Van Halen dikenal dengan teknik gitar tapping dua tangannya.
Berbekal semangat bermusik yang tinggi, band dengan beranggotakan Alex, Eddie, Michael Anthony, dan David Lee Roth ini akhirnya sedikit demi sedikit mencicipi kesuksesan. Kesuksesan itu dimulai sejak tahun 1978 setelah Van Halen secara konsisten bermain di bar, klub, dan hotel.
Adalah Warner Bros label pertama yang menawari kontrak untuk membuat debut album Van Halen. Album debut dengan singel “Running With the Devil” tersebut meledak di pasaran dan menguasai tangga lagu berbagai belahan dunia. Tak lupa, lagu-lagu hits seperti “Jump” dan “Why Can’t This Be Love” selanjutnya menjadi lagu-lagu wajib untuk para penggemar Van Halen.
Editor : Yusham