Mengenal Internalized Misogyny, Sikap Kebencian Terhadap Perempuan

Foto: Antonio Guillem/Getty

Oleh : Bela Rizki Nabila

Pernah enggak sih kamu dengar istilah internalized misogyny? Padahal, tanpa kita sadari, kita bisa saja mengidap ‘penyakit’ yang satu ini. Barangkali tidak berlebihan jika menyebut istilah tersebut sebagai ‘penyakit’. Pasalnya, secara langsung atau tidak, hal ini dapat membawa dampak buruk bagi diri kita sendiri.

Apa itu internalized misogyny?

Internalisasi adalah proses pemasukan suatu nilai pada diri seseorang atau individu yang dapat membentuk pola pikirnya. Dan yang lebih tepatnya adalah penggabungan sebuah sikap, standar perilaku dan pendapat yang berada di dalam kepribadian seseorang.

Misogyny adalah perilaku atau sikap yang membenci kepada kaum perempuan atau selalu merendahkan derajat seorang perempuan.

Jadi, internalized misogyny merupakan sebuah istilah yang dibuat oleh gerakan feminis untuk membungkam perempuan lain yang tidak sependapat dengan mereka. Internalized misogyny terjadi ketika seorang perempuan merendahkan, mempermalukan, dan menjauhinya sesama perempuan mereka percaya bahwa jenis kelamin mereka lebih lemah. Di bawah ini adalah sepercik contoh dari internalized misogyny.

“gue itu ngga kaya cewe lain, gue mah ga suka make-up, kenapa sih lu sukak banget make-up-an ?”,

“gue ga suka main sama cewe dramatis banget” atau yang lebih parahnya ketika kalian mengucapkan “dih murahan banget tuh cewe”. Tentu saja kalian tidak asing dengan ucapan-ucapan yang sudah lumrah bagi fenomena sosial dalam ruang lingkup sesama perempuan, eksistensi fobia internalized misogyny apa yang diucapkan secara tidak sadar bahwa dirinya mengidap fobia internalized misogyny.

Sebagai seorang perempuan kita harus saling bahu-membahu bukan saling memojokan satu sama lain, dalam mengatasi internalized misogyny yaitu menyadari bahwa setiap seorang perempuan mempunyai look yang berbeda pada internal maupun eksternal. Dan substansinya yaitu kita harus saling menghargai apa yang dilakukan oleh seorang perempuan dalam hal non-etis, karena tidak ada redaksi antara jenis kelaminnya lebih lemah dikarenakan oleh perilaku seorang perempuan tersebut yang menyimpang positif bagi perempuan yang mengamsumsi bahwa perempuan tersebut lemah. Atau lebih sensenya yaitu ingin menyamakan pola pikirnya dengan perempuan tersebut tersebut.

“Jika ada seorang perempuan mempunyai perilaku yang menyimpang negatif, mereka hanya cukup ditegur bukan dipojokan atau pula direndahkan.”


Editor : Yusham

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Google photo

You are commenting using your Google account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.