Meyda Sefira: Berakting Untuk Membahagiakan Orang Tua

Meyda-Sefira

Seakan sudah menjadi tradisi, setiap menjelang bulan Ramadhan stasiun-stasiun televisi di tanah air selalu berlomba menayangkan program dan sinetron bertema religi. Pada momen-momen inilah para aktor dan aktris yang lekat dengan image religius mendulang rezeki. Gadis kelahiran Bandung, 20 Mei 1988 ini adalah salah satunya.

Mengawali karir dari audisi film layar lebar “Ketika Cinta Bertasbih”, karir Meyda Sefira di jagad hiburan tanah air mulai berkembang seiring kesuksesan film yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy tersebut. Perannya sebagai Ayatul Husna di film tersebut akhirnya berlanjut ketika film tersebut diangkat menjadi sinetron “Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan” dan “Ketika Cinta Bertasbih Ridho Illahi”.

Di masa kecilnya, mahasiswa Teknik Lingkungan ITENAS Bandung ini ternyata sudah dekat dengan dunia modelling. Di masa sekolah, ia pernah tampil di iklan Sepeda Polygon, Model Perumahan Citraland Surabaya, dan model brosur bimbingan belajar SSC.

Tahun ini, seri sinetron “Ketika Cinta Bertasbih” kembali dikembangkan dan akan ditayangkan dengan judul “Dari Sujud Ke Sujud” dengan cerita yang lebih berbumbu dan beberapa tokoh tambahan. Meskipun tokoh-tokoh baru bermunculan, namun nama Meyda tetap kokoh berada di jajaran pemeran utama pada sinetron produksi Sinemart tersebut.

Sebagai konsekuensinya, waktu Ramadhan yang oleh kebanyakan orang digunakan untuk berkumpul dan mendekatkan diri bersama keluarga justru harus ia lewatkan di lokasi syuting. “Jauh lebih sibuk dibanding dulu. Pulang ke Bandung paling H-2 sebelum lebaran.” ungkapnya.

Sepanjang sesi pemotretan, ia juga bertutur tentang kenangannya saat pertama kali memutuskan untuk memakai jilbab dan ketika orang tuanya mendorong untuk mengikuti audisi film Ketika Cinta Bertasbih. Berikut ini penuturannya..

 

Berjilbab sudah sejak kapan?

Saya memutuskan untuk memakai jilbab itu dari bulan Februari 2008. Jadi sebelum film Ketika Cinta Bertasbih pun saya sudah berjilbab.

 

Awalnya memutuskan untuk berjilbab itu bagaimana ceritanya?

Saya memutuskan pakai kerudung itu jam 10 malam. Jadi waktu itu saya masuk ke kamar mama saya, saya bilang “Ma, mau pinjem kerudung dong.”

“Buat apa?” kata mama saya.

“Pengen pake kerudung.”

“Bener? Malem-malem gini kamu mau nyari kerudung?”

“Iya!”

Akhirnya saya buka-buka lemari mama saya dan oleh beliau saya dipilihkan kerudung untuk besoknya. Saat saya masuk kuliah, orang-orang pada kaget. “Beneran nih pake kerudung?” Padahal kemarinnya saya masih pakai pakaian yang anak muda banget. Jeans ketat, baju ketat. Jadi orang-orang tuh yang kaget dan setengah tidak percaya. Akhirnya pulang dari kampus, tanpa sepengetahuan keluarga, saya pergi ke pasar baru, beli banyak kerudung. Pulang-pulang bawa satu kantong plastik besar kerudung.

 

Kenapa akhirnya memutuskan untuk memakai jilbab?

Sebenarnya dari kecil, saya memang senang mencoba-coba kerudung. Sejak SD, sudah sering mencoba kerudung punya mama di depan kaca. Lalu saya juga senang kalau ada kegiatan seperti bulan Ramadhan atau isra mi’raj yang kondisinya menuntut untuk memakai kerudung. Cuma, ya namanya juga anak muda, masih labil. Sempat bimbang untuk memutuskan, sampai akhirnya pada bulan itu, saya merasa kalau ini sudah waktunya. Untuk apa ditunda-tunda lagi. Dan saat saya memakainya pun saya tidak merasa seperti orang lain yang kadang merasa gerah atau apa, sudah nyaman saja.

 

Apa yang membuat kamu memutuskan untuk mengikuti audisi Ketika Cinta Bertasbih?

Justru sebenarnya ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya, saat memutuskan untuk mengambilnya. Yang pasti sih karena saya sudah membaca novelnya dan saya suka karakter yang saya inginkan. Dan sebenarnya, saya ikut audisi itu pun bukan karena keinginan saya, melainkan orang tua saya yang menyuruh untuk ikut. Karena saya kan dasarnya memang pemalu, dan orang tua saya ingin rasa malu saya itu tidak sampai menghambat potensi saya. Setelah ada didalamnya, sebenarnya tantangannya juga bertambah karena saya juga di tuntut harus bisa bahasa jawa, harus bisa lebih aktif, karena karakter yang saya perankan digambarkan sebagai seorang penulis, sekaligus penyiar radio yang aktif, tegas  dan blak-blakan.

 

Jadi bukan karena ingin berkarir di dunia entertainment, ya?

Saya sih niatnya karena ingin membahagiakan orang tua saja. Sejak di audisi pun saya melihat peserta yang lain itu lebih banyak yang punya potensi dan lebih berbakat dibanding saya. Dari aktingnya, cara mereka berpenampilan, sudah cocok lah untuk terjun di dunia itu (entertainment). Sementara, saya kan cuek banget. Pakai baju pun baju kampus. Pokoknya persiapan yang saya lakukan tidak ada yang terlalu istimewa. Setiap tahap audisi pun saya selalu bilang ke orang tua saya untuk tidak terlalu berharap. Jelas saya hanya punya niat membahagiakan orang tua saya, karena orang tua saya ingin saya masuk ke dalam dunia entertainment.

 

Karena bukan keinginan sendiri, apakah pernah merasa setengah hati dalam menjalankanya?

Lama-kelamaan, banyak hikmah yang saya dapat. Pertama, saya jadi lebih menghargai waktu. Lalu saya juga bisa lebih menghargai setiap kejadian yang saya alami dan lebih banyak bersyukur. Karena, saat saya lihat kondisi yang sekarang lalu dibandingkan dengan yang dulu, banyak sekali perbedaan yang saya dapatkan. Diundang kesana-sini, bertemu dengan banyak orang. Jadi ini adalah sesuatu yang tidak disengaja, lalu saat saya mencoba berkecimpung didalamnya, ternyata saya sangat menikmati.

 

Bukan karena terlanjur basah ya?

Tidak, karena didalamnya pun saya harus berusaha. Pada awalnya memang sulit ya untuk mengendalikan diri sendiri, bagaimana caranya beradaptasi dengan orang lain, bagaimana harus bersikap saat bertemu orang banyak, tapi lama-kelamaan pembelajaran dari apa yang sudah saya dapatkan membuat saya lebih siap.

 

Apakah karakter Ayatul Husna yang sudah melekat pada diri kamu menyulitkan kamu untuk mencoba memainkan peran lain?

Sebenarnya tidak, karena selain film Ketika Cinta Bertasbih itu, saya juga bermain di film “Dalam Mihrab Cinta”, dan saya juga pernah ikut bermain di sinetron non-religi berjudul “Dia Jantung Hatiku” sebanyak 10 episode.

 

Apakah berjilbab tidak menjadi hambatan dalam berkarir di dunia entertainment?

Saya pikir itu kembali lagi kepada diri kita, bagaimana kita menempatkan diri dan bagaimana kita itu mempromosikan nilai islam seperti ini. Karena memang, banyak orang yang menganggap yang berkerudung itu tidak stabil kairnya. Sebenarnya sih tidak, karena bagi saya karir itu sama halnya dengan rezeki, jodoh, hidup dan mati yang sudah ada jalannya. Jika kita mau terus berusaha dan diawali dengan niat yang baik, Insya Allah tidak ada hambatan. Alhamdulillah saya sendiri tidak pernah break terlalu lama. Jadi saya pikir itu paradigma yang salah, karena kita harus yakin kepada Allah saat kita sedang berusaha, karena memakai jilbab itu juga merupakan suatu ibadah dan jalan menuju kearah yang bertakwa. Dan Allah sudah berjanji jika kita bertakwa akan dimudahkan sumber rezeki dari manapun.

 

Lalu, sudah memantapkan hati untuk meneruskan karir yang sekarang ini?

Selama masih ada kesempatan dan usia, lalu orang-orang masih punya apresiasi yang bagus terhadap saya, Insya Allah.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Google photo

You are commenting using your Google account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.