Ngebet Nikah Muda? Ketahui Dulu Dampak Positif dan Negatifnya

man-putting-a-gold-colored-ring-to-a-woman-s-hand-2852135

Belakangan ini, nikah muda begitu populer di media sosial, terutama di Instagram. Tak sedikit para influencer mengunggah foto ‘indahnya’ kehidupan rumah tangga yang mereka jalani. Menilik fenomena ini, nikah muda seakan menjadi tren kekinian dikalangan para anak muda.

Tapi apakah Anda yakin bahwa kehidupan nikah muda itu menyenangkan?

Dampak positif:

Menghindari pergaulan bebas. Hal ini dapat menghindarkan dua insan dari resiko melakukan pergaulan bebas yang melanggar ajaran agama dan norma sosial. Jika hal ini sudah tak terhindarkan lagi dan memiliki resiko tinggi untuk melakukan perbuatan tersebut, maka pernikahan adala pilih terbaik.

Belajar memikul tanggung jawab. Banyak anak muda yang waktu masa sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil, karena masih ada orang tua. Nah, di sini mereka mesti mengatur urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.

Umur anak tak terpaut terlalu jauh. Dengan menikah di usia muda, kemungkinan memiliki anak dengan usia tak terpaut cukup jauh lebih besar. Sehingga hubungan dengan anak bisa lebih dari sekadar orang tua, melainkan sahabat dekat.

Mengejar mimpi bersama. Pasangan muda umumnya masih memiliki semangat yang tinggi dalam mengejar cita-cita. Tak hanya itu, pasangan bahkan dapat saling mendukung dan memberikan dukungan yang lebih nyata kepada pasangan hidupnya.

Dampak negatif:

Kehilangan masa remaja. Sudah menjadi hal umum jika orang-orang di usia muda cenderung masih senang melakukan hal-hal favorit, nonton film, pergi ke mal, atau berkumpul dengan teman-teman. Setelah menikah, terutama jika langsung punya anak, kegiatan-kegiatan ini tak kan mudah untuk dilakukan.

Kondisi ekonomi belum stabil. Tak semua dari mereka yang berusia muda sudah memiliki pekerjaan mapan. Kondisi finansial yang belum ajeg, dikhawatirkan bisa menjadi salah satu pemicu keributan kelak.

Menjalan peran sebagai orang tua terlampau berat. Dengan usia yang masih sangat muda, psikologi yang belum matang, apalagi ditunjang fisik, mental, dan wawasan yang kurang, justru bisa menjadikan beban tersendiri bagi pasangan menikah dalam menjalin peran sebagai orang tua

Dianggap belum dewasa. Hal ini terkadang mengundang munculnya campur tangan pihak keluarga, orang tua, saudara, bahkan orang-orang dekat yang lebih berpengalaman dalam pernikahan. Jika tak tahan, tentunya dapat mengancam keutuhan rumah tangga bukan?

Masalah komitmen. Kebebasan menjadi hal yang diagung-agungkan sebagian besar mereka yang masih berada di usia muda. Sementara jika sudah menikah, pasangan akan sering dihadapkan dengan kondisi untuk saling mengalah dan bertoleransi serta menyingkirkan ego mereka untuk melakukan apapun yang diinginkan. (Danny)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Google photo

You are commenting using your Google account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.