“Kok, tiba-tiba dia jadi baik banget, ya? Hmm kayaknya gue mau dimanfaatin, nih…”
“Kayaknya teman-teman sering ngomongin aku di belakang, deh…”
“Enggak mungkin deh dia deketin aku. Pasti iseng doang. Awalnya aja serius, ujung-ujungnya pasti ninggalin…”
Pernahkah Sobat Glamours punya perasaan menduga-duga seperti di atas tadi? Merasa bahwa tidak ada satupun orang yang dapat kamu percayai? Atau kamu sulit percaya terhadap orang lain meskipun ia teman kamu? Pernah atau tidak pernah, kamu wajib tahun soal trust issues, lho!
Apa itu trust issues?
Trust issues adalah ketika kamu sulit menaruh kepercayaan pada orang lain. Kamu selalu merasa dikhianati, dibohongi, atau dimanfaatkan oleh orang lain, walaupun kam tidak punya bukti akan hal tersebut.
Sesorang mungkin mengalami trust issues jika…
- Selalu curiga bahwa orang-orang akan berkhianat, berbohong atau memanfaatkannya.
- Tidak bisa memiliki hubungan dekat dengan seseorang.
- Cenderung menjauh apabila ada orang lain yang mencoba mendekati.
- Merasa terasing dan kesepian.
- Kesulitan untuk memiliki komitmen yang serius.
Trust issues tidak datang begitu saja dari diri seseorang. Mereka yang rentan mengalami gejala ini adalah…
- Orang yang pernah mengalami hal buruk dalam menjalin hubungan.
- Orang yang pernah mengalami perlakuan buruk dari keluarga.
- Orang yang pernah dikucilkan.
- Orang yang pernah menjadi korban perundungan/bullying.
- Orang yang pernah dikhianati.
- Orang yang sering dibohongi.
Bagaimana mengatasi trust issues?
Kenali alasan yang membuat kamu sulit percaya pada orang lain, misalnya kamu pernah diselingkuhi, dikucilkan, di-bully, dan sebagainya. Dengan mengetahui sebabnya, kamu akan semakin terdorong untuk memperbaikinya dan pelan-pelan menerima hal tersebut.
Merasa kecewa setelah diperlakukan buruk, tentunya adalah hal yang wajar. Namun, usahakan jangan sampai berlarut-larut.
Trust issues ini barangkali telah membuatmu mengalami banyak kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, bahkan membuatmu kehilangan banyak kesempatan untuk mengembangkan dirimu. Tentunya kamu tidak ingin hal itu terus terjadi, bukan?
Kamu bisa menjadikan pengalaman burukmu terdahulu sebagai pelajaran agar kedepannya hal tersbut tidak terjadi kembali.
Sumber: Lingkar Psikologi
Editor: Yusham
Categories: Health