Perona lahir dari kombinasi kebosanan akut akibat kurungan jeruji pandemi dan hasrat bermain yang meluap setelah matinya dunia pertunjukan musik. Pada pertengahan 2020, kami memberanikan diri berkumpul untuk melepas rindu. Tidak ada niatan khusus untuk menggubah lagu, apalagi membentuk grup musik baru. Perona beranggotakan 4 Personel, dan 3 personel nya masih aktif sebagai member Payung Teduh sampai sekarang yaitu, Alejandro Saksakame (Drum) , Marsya Ditia ( Vocal ), dan Pandji Putranda ( Keyboard ) , diposisi Bass ada Ryan Ramone.
Tapi toh pada akhirnya kami mengambil instrumen masing-masing. “Jamming session” bahasa kerennya. Meski hal itu bukan agenda utama, kami tetap menyempatkan diri dari hitungan jam sampai bersama-sama membunyikan instrumen hingga pagi datang. Sementara tulisan-tulisan yang diharapkan menjadi lirik mulai digoreskan.
Proses kreatif yang dilalui Perona mungkin terbilang sederhana. Atau, alih-alih disebut sebagai proses kreatif, pikiran kami lebih tertuju pada hal-hal yang menyenangkan, yaitu dengan menciptakan lagu yang memang ingin kami dengar. Dan karena kami senang mendengarkan lagu dari bermacam varian, lagu-lagu Perona pun bisa dipastikan akan sangat beragam. Genre bukan patokan kami selama kami senang memainkan dan mendengarkannya. Semoga karya kami dapat juga dinikmati oleh para pendengar.
Seperti yang dialami banyak orang, pandemi tak ubahnya mimpi buruk bagi pegiat industri musik. Rutinitas kami “dipaksa” berhenti atas nama protokol kesehatan dan metode prevensi penularan. Tidak ada lagi latihan. Tidak ada lagi rekaman. Berkumpul adalah hal yang susah, apalagi manggung. Hajat hidup kami seperti direnggut oleh sesuatu yang tidak kasatmata. Kami tentu mengira mimpi buruk ini akan segera lewat, seraya optimis bahwa pandemi hanya berlangsung untuk sementara.
Lalu satu tahun berlau. Terciptalah beberapa lagu, dan salah satunya berjudul “Warna”Mengapa “Warna” menjadi single pertama kami? Warna adalah serenade untuk mengenang kembali rutinitas kami di tahun-tahun silam. Ketika hingar bingar panggung tidak pernah absen mengisi kekosongan tiap akhir pekan. Ketika kami masih mudah meluangkan waktu untuk sekadar latihan bersama hampir setiap malam. Dan ketika hari-hari belum terasa hitam putih, seperti sekarang.
Categories: Music