Juara 2 Indonesian idol 2010 ini baru saja mengukir prestasi. Single terbarunya berjudul “Sampaikan” dirilis di 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Single yang juga dijadikan jingle iklan oleh salah satu produk soft drink ternama tersebut menjadi single pertama Citra yang dirilis di luar Indonesia. Tentu pencapaian tersebut menyelipkan kebanggan tersendiri bagi penyanyi bernama lengkap Skolastika Citra Kirana Wulan ini.
Pasca Indonesian Idol, karir Citra di dunia hiburan bisa dibilang mulus. Setelah sebelumnya merilis 3 single berjudul Everybody Knew, Pasti Bisa, dan 3G (Galau, Galau, Galau), Citra tengah bersiap untuk merilis album. Hanya saja, untuk merilis album di saat kondisi industri musik Indonesia tengah terpuruk seperti ini tentu bukanlah perkara mudah. Saat ditemui di belakang panggung, penyanyi kelahiran 5 Juni 1993 ini mengungkapkan pandangannya tentang kondisi industri musik tempat ia mencari nafkah, dan juga pendapatnya tentang penonton di Bandung yang menurutnya berbeda dengan kota-kota lain. Inilah dia petikannya:
Apa yang paling berkesan setiap kali tampil di Bandung?
Yang berkesan di kota Bandung itu, karena para penikmat musik disini (Bandung) rata-rata mempunyai pandangan musikalitas yang tinggi dan modern. Jadi saat aku tampil dengan music yang cendering kearah pop jazz & light jazz seperti ini, penonton sudah ngga kaget. Mereka bisa menikmati. Meskipun penonton di Bandung itu lebih cool dalam mengapresiasi penampilan kita (musisi), memang ngga terlalu ekspresif. Mereka lebih cenderung diam, tapi menyimak. Kalau kita tampil jelek ya (dibilang) jelek, tapi kalau penampilan kita bagus mereka pun akan menikmati.
Dengan kondisi seperti itu, tampil di Bandung memberi beban tersendiri atau tidak?
Lumayan jadi beban sih. Bebannya lebih ke tantangan ya, jadi seperti “Gimana nih naklukin penontonnya?”. Setiap penampilan di Bandung memang tidak bisa diremehkan, reaksi penontonnya tidak bisa diprediksi.
Dari pandangan Citra sebagai seorang musisi, apakah saat ini masih bisa mengharapkan pendapatan dari RBT?
Masih, tapi peluangnya memang sudah tidak sebesar dulu. RBT sudah tidak bisa terlalu menjanjikan untuk saat ini.
Menurut Citra, apakah alternatif terbaik untuk menjual karya musik?
Yang paling utama tentu tetap (album) fisik ya. Dengan berusaha untuk melakukan pendekatan pada fans, atau mungkin bisa jual CD juga di sela-sela manggung. Dibundling dengan merchandise, atau menggunakan sistem direct selling seperti yang sudah diterapkan oleh salah satu restoran cepat saji juga solusi yang bagus.
Dengan kondisi penjualan fisik yang makin menurun serta pembajakan yang makin parah, apakah hal itu adalah pertanda masyarakat yang kurang menghargai musisi dan karya-karyanya?
Kondisinya memang cukup buruk, karena salah satu penyebabnya dari kondisi sosial masyarakatnya juga sehingga musisi jadi kurang diapresiasi karyanya. Tapi kita tentunya tidak bisa menyalahkan juga, karena sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki pandangan seperti ini, misalnya jika mereka punya CD dari musisi luar negeri mereka akan terlihat modern, mereka akan terlihat gaul, mereka akan terlihat mengikuti trend. Sementara di sisi lain ada kecenderungan untuk meremehkan kalau misalnya membeli CD dari musisi lokal Indonesia.
Menurut Citra, apakah kondisi tersebut masih bisa dirubah?
Sebenarnya sulit, karena sudah mengakar. Sekarang caranya adalah bagaimana kita sebagai musisi atau kita sebagai penikmat musik harus pintar-pintar untuk menilai mana musik yang bagus, mana musik yang memang easy listening. Dan kalau kita lihat kondisi di Indonesia, istilahnya untuk makan saja susah, masa sih mau mendengar musik juga dibuat susah? Kalau menurut aku, sebagi musisi sebaiknya menjual karya tidak usah mahal-mahal juga lah ya. Pokoknya dalam mempersembahkan karya musik itu ya untuk menghibur masyarakat Indonesia. Dan semoga, nanti akhirnya pola pikir masyarakat dalam mengkonsumsi musik akan terbentuk.
5 CD terakhir yang dibeli?
“Teenage Dream” Katy Perry, “21” Adele, “Agnes Is My Name” Agnes Monica, “Find The Way” Sandhy Sondoro, A Tribute to Kla Project.
Categories: Profil